ITULAH JURUS pembukaan "Cahaya Tangkuban perahu" ciptaan dari Eyangnya yang dipadukan
dengan langkah-langkah "Wuru Shakti".
Kini tumit kaki kanan ditegakkan kembali dengan kaki kiri sedikit terangkat. Pedang pusakanya
ditangan kanannya, bergelak cepat dalam gaya tusukkan dan dirangkaikan dengan sabetan dan
tebangan sambil berlompatan bagaikan burung rajawali yang mengejar mangsanya.
Sesaat kemudian pedang pusaka ditangannya berputaran semakin cepat hingga cahaya sinarnya
yang putih berkilauan semu biru menjadi lingkaran2 bagaikan payung baja, menutup seluruh tubuhnya.
Itu adalah jurus ilmu pedang Cahaya Tangkubanperahu yang dijuluki dengan "perisai baja menutup
serangan lawan". Angin sambaran dari pedang pusakanya ber-desing2 hingga menggetarkan pakaian
para tamtama dan penonton lain disekelilingnya.
Sungguh2
suatu pameran ilmu pedang yang mengagumkan. Kagum karena setiap gerakannya
mengandung unsur2
serangan balasan yang sangat berbahaya. Lagi pula gayanya walaupun tidak sedap
dipandang akan tetapi nampak jelas kokoh kuat dan perkasa.
Sedang ia merobah jurus perisai bajanya menjadi gerakan jurus tusukan maut, ialah meloncat
tinggi dan jatuh menukik kebawah sambil menjerang dengan pedangnya dalam gaya tusukan tiba2
. —
Awas serangan! — Dan bersamaan dengan suara seruan itu, dua buah benda putih secara beruntun
meluncur kearahnya bagaikan lepasnya anak panah dari samping kanan.
Sesaat para hadlirin seakan-akan berhenti detak jantungnya, demi melihat meluncurnya dua
buah benda putih yang mengarah pada Yoga Kumala dimana Yoga Kumala tengah terapung diudara
dengan kepala dibawah.
Akan tetapi …….. tiba2 …… ujung pedang pusakanya ditotolkan ketanah, dengan ayunan
tubuhnya melambung keatas kembali, sambil menyabetkan pedang pusakanya kearah dua jeruk nipis
yang secara beruntun meluncur di-bawahnya. Tak ayal lagi dua jeruk nipis berwarna putih itu masing2
menjadi dua potong dan jatuh bertebar disamping kanan dan kirinya, sementara ia telah kembali berdiri
ditanah dengan pedang pusakanya menjilang didadanya.
Dan berturut2 empat buah jeruk nipis yang disaput dengpn kapur tebal lainnya, dapat
ditebasnya menjadi potongan-potongan belahan, tanpa ada yang menyentuh bajunya.
Semua yang menyaksikan bertepuk tangan sambil berseru riuh, mengagumi permainan pedang
Yoga Kumala. Akan tetapi belum juga tepuk sorak sorai itu berhenti, tiba2 dua bilah pisau kecil yang
lazim disebut taji, berkelebat pesat bagaikan kilat menyambar kearah dada dan kepalanya. Dari
luncurnya dua buah taji yang berkilauan kearahnya, dapat diduga bahwa selain pisau2
itu amat tajam
juga pelemparnya., tentu orang shakti pula.
Namun Yoga Kumala adalah cucu petapa shakti Ajengan Cahayabuana dari lereng Gunung
Tangkubanperahu yang namanya telah berkumandang harum disegenap penjuru.
Dengan tangkasnya ia menggeser kaki kirinya kesamping dan meloncat surut kebelakang
selangkah. Pedang pusakanya ditangan kanannya berkelebat, memapaki da-tangaya dua buah pisau
kecil dengan punggung pedang pusakannya …. dan sesaat kemudian, sedang semua penonton diam
terpaku penuh rasa kecemasan, dua buah taji yang amat tajam itu ternyata telah tertancap menjadi satu
disebuah batang pohon sawo setinggi kira2 dua orang berdiri, yang berada dibelakang para tamtama
yang sedang menonton, dalam jarak kira2 50 langkah.
Kini tepuk tangan dan sorak sorai makin bergemuruh memekakkan telinga para penonton yang
sudah tidak menghiraukan lagi akan suasana, hanya untuk melampiaskan rasa kagum dan girangnya maka mereka bersorak sorai yang tak terkendalikan. Semua kagum setelah menyaksikan pameran ilmu
pedang yang sangat mentakjubkan. Ternyata pelempar tadi adalah Gusti Senopati Muda Manggala
Pengawal Raja Indra Sambada yang berkenan sendiri untuk menguji kesaktian adik angkatnya Yoga
Kumala.
Pertandingan penyisihan segera ditutup oleh Gusti Senopati Muda Indra Sambada. Dan atas
keputusan Gusti Senopati Manggala Yudha Adityawardhana, Yoga Kumala dinyatakan sebagai pemenang
pertama sedangkan Kobar menduduki tempat kedua, dan Sontani dianggap orang shakti yang ketiga.
Malam harinya Sang Senopati Manggala Yudha berkenan mengadakan pesta sederhana guna
menjamu para perwira2
tamtama baru, yang juga dihadliri oleh segenap para priyagung Kerajaan serta
para undangan orang
2
shakti lainnya, dengan dimeriahkan juga oleh pertunjukan tari2an.
Pada malam itu Yoga Kumala telah mengenakan pakaian tamtama kebesarannya sebagai Bupati
Tamtama. Pakaian seragam kain sutra dengan dasar warna hijau berseretkan kuning. Seutas tali pita
kuning keemasan melingkar dikepalanya, dengan ramhutnya yang hitam pekat berombak terurai lepas
diatas pundaknya.
Pada masing-masing kedua ujung leher bajunya yang berdiri tegak berseretkan kuning emas itu,
nampak jelas sulaman gambar sepasang kembang tanjung dari benang emas pula sebagai tanda pangkat
kebesarannya, seorang Bupati Tamtama Kerajaan.
Disebelahnya, duduk seorang perwira tamtama yang berusia kira-kira 25 tahun dengan
mengenakan pakaian seragam kebesarannya yang serupa pula dengan Yoga Kumala. Hanya tanda
gambar sulaman kembang unjungnya sedikit berbeda. Jika dikedua leher baju Yoga Kumala nampak jelas
adanya sepasang kembang tanjung yang kuning keemasan, maka pada leher baju perwira tamtama yang
duduk disebelahnya hanya terdapat sekuntum bunga tanjung saja.
Ia adalah Bupati Anom tamtama Kerajaan yang bernama Kobar. Dibelakang kedua perwira
tamtama baru yang gagah-gagah dan tampan itu duduk berderet-deret para perwira-perwira taMtama
bawahan yang baru dalam pakaian kebesarannya yang berseretkan putih perak, dengan tanda pangkat
berbentuk kembang tanjung pula tersulam dari benang perak dari yang gemerlapan menurut pangkat
mereka masing-masing.
Disebelah ujang kiri Mantri Panewu tamtama Sontani, kemudian Mantri Panewu Anom
ntamtama Braja Sumedang. Dan berturut-turut duduk disisinya Lurah penatus tamtama Nyoman Ragil,
Lurah penatus tamtama Berhala, Lurah penatus tamtama Jaka Gumarang dan terachir adalah Lurah
penatus tamtama Jala Mantra.
Wajah mereka kelihatan berseri - seri penuh rasa bangga, akan anugerah pangkat mereka
masing masing, yang kini telah disandangnya. Hanya Kobar yang cahaya wajahnya nampak muram,
mencerminkan perasaan tidak puas akan anugerah pangkat yang diterimanya.
Ya….. tidak puas karena ia tidak dapat berhasil menduduki tempat pertama, dan tidak puas akan
keputusan perubahan pada acara babak penyisihan yang tiba-tiba itu hingga ia harus mengalami
kegagalan. Menurut perkiraannya sendiri, ia tentu akan dapat berhasil menyisihkan Yoga Kumala
asalkan saja, acara babak penyisihan terakhir dilangsungkan secara pertandingan tata kelahi bersenjata.
— Bukankah ia memiliki tubuh yang lebih kuat dan tinggi besar apa bila dibandng Yoga Kumala?
Dan bukankah ia sebagai tamtama telah memiliki pengalaman yang lebih luas lagi? Suatu waktu tentu
akan kubuktikan, bahwa Yoga Kumala berada dibawah tingkatanku — pikirnya.
Suasana meriah pada pesta matam itu tidak membuat ia gembira. Senyum dan tawanya yang
dibuat - buatnya dan dipaksakan serasa hampa. Ingin ia cepat-cepat mendapat kesempatan untuk
menguji sendiri akan kesaktian Yoga Kumala yang kini berpangkat setingkat lebih tinggi dari padanya. Duduk berderet2 dikursi2
terdepan adalah para Manggala dan segenap priyagung Kerajaan dan
para undangan kehormatan orang2 sakti yang kenamaan. Sedangkan dibelakang kanan kirinya duduk
para perwira tamtama lainnya. Diseberang tempat pertunjukkan, dengan menghadapkan pada para
priyagung, duduk penuh sesak berderet2 para putri2
, isteri para Manggala dan segenap priyagung
Kerajaan, serta isteri2 para perwira tamtama dalam dan tamu2 putri undangan lainnya- Tertimpa oleh
pancaran cahaya lampu yang terang benderang, hiasan para putri yang bertakhtakan mata berlian serta
batu2
kumala lainnya, menjadi gemerlapan, laksana kilaunya bintang2
yang bertaburan diangkasa.
Sambil menikmati jamuan makanan yang dihidangkan bagaikan mengalir tak ada putusnya, kini
mereka semua tengah menyaksikan pula pertunjukan tari serimpi yang diiringi dengan suara bertalunya
gamelan.
Para perwira tamtama yang masih bujangan tidak berkedip melihat parasnya para penari
serimpi itu. Mereka tersenyum-senyum sendiri sambil sebentar bentar membuang pandang penuh
birahi kearah para penari srimpi yang cantik2
itu, dengan harapan sekali kali dapat berpadu pandang.
Dan kiranya bukan hanya yang masih bujangan saja, bahkan yang telah beikeluargapun tak mau kalah
lagaknya. Masing2 berebut dengan tingkah Iakunya sendiri2
ingin menjadi sasaran pandangan dari para
penari. Sedangkan diantara para priyagungpun ada pula yang menelan bulat2 dengan tatapan
pandangannya pada salah seorang putri penari yang cantik jelita tanpa menghiraukan lirikan istrinya
yang agak jauh ber-hadap2an.
Ternyata satu diantara para penari srimpi itu adalah Gusti Ayu Sampur Sekar sendiri, putra putri
dari Senopati Muda Manggala Narapraja Gusti Pangeran Pekik, masih gadis remaja. Maka tidak heranlah
apabila banyak yang mengagumi keelokan parasnya.
Dan Penewu Anom tamtama Braja Semandang termasuk pula sehagai satu diantara para pemujanya..—
Cara bagaimana aku dapat mempersuntingnya? — katanya dalam hati.
Diatas lantai beralaskan permadani, lima srimpi ayu mempersembahkan tariannya yang lemah
gemulai mempersonakan seiring dengan irama suara gamelan.
Tari serimpi berakhir, dan disusul kemudian dengan pertunjukan tari topeng yang tidak kalah
bagusnya. Penari topeng itu tidak lain adalah Indah Kumala Wardhani adanya.
Semua kagum akan keindahan wajahnya dan kelincahan gerakannya.
Jika tadi Kobar hanya muram dengan penuh rasa kecewa, tiba2
kini hatinya menjadi tergerak
pula demi melihat keindahan tari topeng yang mengesankan itu. Hatinya berdebar dan nafsu birahinya
melonjak setelah melihat keayuan wajah Indah Kumala Wardhani, sewaktu topeng dibukanya. Matanya
memandang liar tak berkedip.
— SIAPAKAH GERANGAN GADIS AYU YANG MEMIKAT HATIKU ITU? — tanyanya dalam hati. - ----
- Ach besok pagi tentu kucari dan akan aku pinang sebagai istriku. Tak mungkin ia akan menolak seorang
perwira tamtama segagah aku ini — pikirnya menghibur diri sendiri.
Dan kiranya Sontanipun diam2 menjadi terpikat pula oleh penari topeng yang cantik itu. Betapa
bahagianya, apabila kelak ia dapat memperistrikannya -- pikirnya.
Sedikitpun ia tidak mengira bahwa penari topeng itu sebenarnya adalah adik kandung dari Yoga
Kumala.
Pesta keramaian di Istana Senopaten itu beriangsung hingga larut malam dengan pertunjukan
tari2an yang amat mempersonakan para hadlirin semua.
Pesta ditutup, dan masing2 pulang dengan membawa kesan serta khayalan sendiri-sendiri.-
*
Komentar
Posting Komentar