Walaupun percakapan antara Yoga Kumala dengan Ratnasari dan Indah Kumala Wardhani
nampak agak lancar dibanding dengan lainnya, akan tetapi setiap waktu Yoga Kumala bertemu pandang
dengan Ktut Chandra jantungnya selalu masih saja dirasakan berdetak keras, dan kedua2nya segera
saling menunduk dengan wajah yang makin memerah. Ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya.
Ingin Yoga Kumala berkata banyak pada dara Pulau Dewata ini, namun selalu terhalang oleh
perasaan yang aneh, hingga mulutnya seakan akan terkunci rapat apabila mulai menatap pandangnya.
Kiranya demikian pula perasaan Ktut Chandra terhadapnya. Suatu kebetulan pula duduk mereka dalam
kereta itu ber-hadap2an.
Perjalanan ke Kota Raja, dirasakan oleh Yoga Kumala amat singkat sekali. Seakan akan ia ingin
sepanjang waktu untuk duduk terus dalam kereta dengannya. Namun hal itu tentunya tidak akan
mungkin. Tidak terasa, kini ternyata kereta telah memasuki halaman Senapaten kediaman Manggala
Muda tamtama Pengawal Raja Indra Sambada, kakak angkatnya.
Kiranya Indra Sambadapun telah menunggu2
kedatangan mereka berlima diruang tamu dalam
Istananya.
— Yoga Kumala !!. — Kata Indra Sambada, setelah mereka berlima duduk menghadapnya — Aku
memanggilmu kemari, memang ada sesuatu yang akan aku bicarakan padamu dan pada kalian semua.
Tentunya kalian berlima telah saling mengenal bukan? Indra Samhada berhenti bicara sejenak, seakan
akan menunggu jawaban dari salah seorang diantara mereka, akan tetapi ternyata semuanya hanya
menundukkan kepalanya dengan masing2 bersenyum malu. Hanya Indah Kumala Wardhanilah yang
berani menyahut pertanyaan Indra Sambada dengan kenakalannya yang tidak terduga duga — Kangmas
Indra! ! Akang Yoga hanya mau kenal dengan Yayuk Ratnasari saja, sedangkan lain2nya didiamkan, tidak
diajak bicara !!. —
Menanggapi kenakalan Indah Kumala Wardhani itu, Indra Sambada hanya tersenyum sambil
mengangguk2
kan kepalanya. Ia melihat betapa Yoga Kumala dan Ratnasari kini mukanya jadi memerah
dadu, demi mendengar jawaban dari Indah Kumala Wardhani yang senang menggodanya itu!!
— Adikku Indah I! Jangan kau iri melihat kakakmu Yoga kini berlaku demikian. Indra Sambada
menyahut sambil tertawa lebar. Mendapat sambutan dari Indra Sambada yang demikian itu, sifat
kenakalannya Indah Kumala Wardhani bertambah melonjak. Ia turut serta ketawa riang sambil bicara
dengan mencebirkan bibirnya — Saya sama sekali tidak mengiri, Kangmas !!— Bahkan nanti agar Akang
Yoga Kumala dan Yayuk Ratnasati diperkenankan pulang ke Maja Agung berduaan saja. Biarlah kami
bertiga tinggal di Senapaten Kota Raja sini !!
Yoga Kumala dan Ratnasari menjadi semakin malu tersipu-sipu.
Mereka dalam menanggapi adiknya tak dapat berkutik. Ktut Chandra pun turut bersenyum Iirih
sambil tertunduk, Akan tetapi tiba2 perasaan iri dan cemburunya cepat menguasai dirinya. Entah karena
apa! Tanpa terasa kini ia menjadi tertunduk diam menahan rasa mendongkol hatinya. Sedang Sampur
Sekar hanya tersenyum simpul sambil mengawasi wajah kedua remaja yang sedang menjadi buah
permainan.
Walaupun Indra Sambada telah mengenal lama akan sifat2
kenakalan Indah Kumala Wardhani,
akan tetapi kali ini ia sendiri agak terpengaruh pula akan kata2nya.
Ia mengira bahwa Yoga Kumala kini memang agak jatuh cinta (hati) kepada Ratnasari. Apabila benar
demikian halnya, maka iapun akan turut bergembira. Bukankah hubungan dengan Senapati Manggala
Yudha Gusti Aditya. wardhana akan lebih erat terjalin, jika kelak adik angkatnya Yoga Kumala dan
Ratnasari menjadi sepasang suami istri?
— Sudahlah! Dan kini kalian semua hendaknya mendengarkan pesanku baik2
! — Tiba2
Indra
Sambada beralih bicara pada pangkal kepentingannya. — Menurut saran dari Gustimu Tumenggung
Cakrawirya, mulai hari ini Yoga Kumala telah diangkat sebagai pelindung daripada kalian berempat.
Maka hubungan sehari2nya hendaknya Iebih di pererat, agar kelak dalam menunaikan tugas masing2
jangan simpang siur. Tentu saja tugas ini bagimu merupakan sampiran dalam jabatanmu sendiri, yang
esok setelah selesai pertandingan akan ditentukan lebih lanjut, — Ia berhenti bicara sesaat sambil
menatap pandang Pada Yoga Kumala. Kemudian melanjutkan bicaranya tertuju pada Yoga Kumala adik
angkatnya: — Yoga Kumala!.
Hanya kau sendiri yang tahu bahwa keempat dara termasuk adikmu kandung sendiri itu, kini telah
diangkat sebagai anggauta Narasandi di Kerajaan oleh Gustimu Tumenggung Cakrawirya.
Sedangkan keamanan dan keselamatannya dalam mengemban tugas kelak berada ditanganmu,
disamping beban tugasmu sendiri! —
Suasana kini menjadi hening, Masing2
saling pandang dan kembali tertunduk diam. Dalam hati,
Yoga Kumala tak mengira sama sekali, bahwa dipercaya mendapat tugas yang mulia itu walaupun
baginya merupakan tambahan beban yang tak dapat dikatakan ringan.
Memang ia telah mengetahui pula, bahwa adik kandungnya dan dara2
temannya telah tiga bulan
lamanya mendapat latihan khusus dari Tumenggung Cakrawirya yang merangkap jabatan sebagai
Manggala Tamtama Narsandi. Akan tetapi tidak menduga, bahwa ia sendiri kini telah dimasukkan dalam
angkatan yang maha penting itu. Kiranya Tumenggung Cakrawirya sangat memperhatikan akan
kelakuannya sehari2
, hingga ia berkenan menaruh kepercayaan pada dirinya.
Dengan panjang lebar dijelaskan oleh Senapati Indra Sambada, bahwa kelak pada saatnya,
keempat dara remaja itupun akan dikirim pula ke Negeri Kerajaan Agung Tanah Malayu dengan tugas2
tertentu, yang amat erat hubungannya dengan tugas yang akan dibebankan pada Yoga Kumala.—
Setelah diberikan penjelasan seperlunya dan disertai pesan agar Yoga Kumala dapat
merahasiakan hal ini, mereka berlima diperkenankan kembali ke Senapaten Maja Agung.
— Berusahalah agar besok pagi kau dapat memenangkan pertandingan penyisihan terakhir itu!
— Pesan Indra Sambada sewaktu ia mengantar sampai diambang pintu gerbang.
— Doa restu Kangmas Indra semoga selalu menyertaiku.- jawab Yoga Kumala. Keretapun
berjalan dengan lajunya menuju ke Senapaten Maja Agung menyelinap dikegelapan malam yang pekat. *
* *
Para Senapati dan segenap priyagung serta orang2
shakti sebagai tamu undangan yang duduk
ber-deret2 dikursi itu diam terpekur ditempat masing2 dengan hati berdebar debar penuh kecemasan
mengikuti jalannya pertandingan babak penyisihan yang tengah berlangsung. Demikian pula para
iamtama yang mengitari gelanggang pertandingan bagaikan pagar tembok ktiat yang tak akan
terobohkan oleh amukan banteng.
Semuanya diam. Tidak ada yang berani mengganggu mereka, yang kini sedang bertanding
dengan sengitnya. Hanya kadang kadang saja terdengar satu pujian pendek yang tertahan berulang kali
dari para priyagung, — Bagus! Bagus! — sambil menggeleng gelengkan kepala, ataupun suara kata
seruan dari pada tamtama yang menyaksikan pertandingan itu.
— kenak! —
Namun sesaat kemudian suasana sunyi hening kembali, dengan pusat perhatian tertuju kearah
yang sedang bertanding dengan sengit.
Pertandingan tata kelahi bertangan kosong antara Yoga Kumala dan Kobar untuk
memperebutkan pemenang pertama itu diselenggarakan dihalaman Senapaten Alap2
Ing Ayudha
dengan disaksikan oleh para orang2
shakti dan segenap priyagung Kerajaan. agar dapat memberikan
nilai yang sewajarnya. Ternyata kedua calon perwira tamtama yang sedang bertanding itu memiliki
kesaktian dan ketangkasan yang seimbang.
Haaaiiittt! Kena! — Seru Kobar sambil melancarkan tendangan yang dahsyat kearah lambung
Yoga Kumala. Dan bersamaan dengan meluncurnya tumit kaki kanan Kobar yang hampir mengenai
lambung kiri Yoga Kumala, tiba2
ia sendiri menjatuhkan diri sambil bergulingan ditanah, untuk
menghindarkan diri dari serangan balasan pukulan telapak tangan Yoga Kumala yang tidak kalah
berbahayanya.
Kiranya sewaktu tendangan yang menggeledek dari Kobar hampir menyentuh tubuhnya, Yoga
Kumala terhulung-hujung kesamping kiri untuk kemudian jatuh berjongkok sambil menyerang Kobar
dengan pukulan telapak tangan kiri mengarah puggung lawan, sedangkan tangan kanannya
menghadang sebagai perisai untuk menghadapi kemungkinan serangan rangkaian dari Kobar.
Semua yang menyaksikan adegan yang mendebarkan jantung itu, sesaat menghela nafas lega,
setelah nyata kedua2nya bebas dari serangan masing2
yang berbahaya.
Akan tetapi belum juga tenang sejenak, kini para penonton kembali menahan nafas lagi, demi
melihat Yoga Kumala melompat tinggi dengan jatuh menukik kebawah sambil mementang tegang
jari2nya tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengepal sebagai tinju mengarah pelipis kiri Kobar
yang baru saja bangkit berdiri. Cepat dan tangkas, Kobar merendahkan dirinya dan kembali jatuh
bergulingan kesamping kiri, sambil memapaki tinju lawan dengan kaki kirinya.
Akan tetapi masih juga bahu kanannya tersentuh sedikit oleh jari2
tangan kirinya Yoga Kumala.
Cepat ia bangkit dan melompat surut kebelakang dua langkah sambil mendekap bahu kanannya.
Sesaat ia menyeringai menahan rasa nyeri kesemutan seluruh tangan kanannya, namun secepat itu pula
ia mengerahkan pemusatan tenaga dalamnya untuk membebaskan rasa nyeri yang merangsang di-
tangan kanannya.
Semeatara Yoga Kumala telah berdiri diatas kedua kakinya yang terpentang lebar dengan kedua
lututnya ditekuk hingga setengah jongkok sambil ketawa terkekeh kekeh menyeramkan.
Tangan kirinya diangkat tinggi, setinggi pundaknia dengan telapak tangannya kedepan dengan jari2nya terbuka lebar dan menegang, sedangkan tangan kanannya menjangkau lurus setinggi jajar
dengan dadanya, dengan jari2nya yang mengembang tegang pula.
Matanya memandang tajam2
kedepan. Inilah gerak langkah Wurushakti yang telah dikenal oleh
Senapati Muda Indra Sambada, dalam bentuk jurus „ menyambut serangan maut dari empat penjuru ".
Memang setiap gerakan Yoga Kumala yang memerlukan pengerahan pemusatan tenaga dalam
selalu diiringi dengan tawanya yang terkekeh kekeh menyeramkan.
Inilah ciri2 asli dari gerak Wurushakti. Akan tetapi lawan yang dihadapi adalah Kobar yang
terkenal tangguh dan shakti. Dengan penuh kewaspadaan dan setapak demi setapak ia maju kedepan
mendekati Yoga Kumala sambil siap siaga untuk memulai dengan serangannya ……..
Tiba2
ia membuka serangannya dengan sebuah pukulan telapak tangan dalam gerak tebangan
mengarah leher sambil berseru nyaring hingga memekakkan telinga. Dan sewaktu Yoga Kumala
terhuyung-huyung kedepan sambil memberikan serangan balasan. Kobar telah melesat tinggi diatas
kepala Yoga Kumala sambil berpusingan untuk kemudian jatuh dibelakang, Yoga Kumala dengan
melancarkan serangan pukulan yang dirangkaikan dengan tendangan beruntun silih berganti. la mengira
bahwa serangan bukaannya sebagai gerak tipuan akan berhasil memuaskan, namun Yoga Kumala
kiranya telah menduga dan tak kalah tangkasnya dalam gerakan mendahului menyerang lawan.
Walaupun gerakannya sepintas lalu kelihatan lambat, akan tetapi kehebatan gerakannya selalu
mengandung unsur2
serangan balasan yang amat berbahaya. Dengan menundukkan kepala dan
merendahkan badannya sambil menggeser kaki kirinya surut kesamping, ia terhindar dari serangan
pukulan Kobar yang amat dahsyat . Sambil terhuyung - huyung kedepan ia memapaki rangkaian
serangan lawan dengan pukulan telapak tangan kanannya, hingga Kobar terkesiap sesaat dan segera
menggagalkan rangkaian serangannya sambil meloncat kesamping dua langkah.
Pertarungan berlangsung makin seru, dan selalu masing2 melancarkan serangan2
yang
berbahaya.
Semua penonton berdebar-debar, menahan nafas. Sukar kiranya untuk menebak siapa yang akan
memenangkan pertandingan yang tengah berlangsung dengan tegang dan sengit itu. Masing2
memperlihatkan ketangkasannya dan kesaktiannya dalam bentuk gerakan yang berlainan.
Tiba2 dalam saat yang bersamaan terdengar suara tinggi melengking dan tawa terkekeh-kekeh
menyeramkan. Tanpa diketahui dengan jelas, kedua-duanya jatuh bergulingan ditanah dalam arah yang
berlawanan dengan masing2 menjauhkan diri. Kiranya Kobar memang sengaja memapaki pukulan Yoga
Kumala dengan lengannya untuk mengukur kekuatan lawan. Namun kedua2nya saling mengerahkan
pemusatan tenaga hingga benturan kedua tangan tadi mengakibatkan masing2 merasa pedih yang tidak
terhingga. Secepat kilat kedua2nya bangkit berdiri kembali dan langsung saling menerjang dengan
serangan2
kilat yang berbahaya. Kiranya masing2
ingin cepat2 menyelesaikan pertandingan ini dengan
kemenangan difihaknya. Demikian hebatnya kesaktian masing2
, hingga angin sambaran pukulan
menggetarkan laju para tamtama yang menonton, dan debupun mengepul tebal bagaikan kabut.
Sewaktu semua penonton sedang terpaku menahan nafas dengan jantung masing2 berdebar-
clebar, tiba2
Sang Senapati Indra Sambada melompat ketengah2
gelanggang dan langsung berdiri
ditengah2 antara Yoga Kumala dan Kobar, sambil berseru: — Berhenti! —
Bersamaan dengan terdengarnya suara seruan yang menggema penuh wibawa itu, Kobar dan
Yoga Kumala telah berdiri tegak membatalkan gerakan masing2
. Kedua2nya kemudian diperintahkan
untuk saling berjabatan tangan, dan oleh Sang Senapati Muda diberitahukan bahwa pertandingan
bertangan Kosong yang telah berlangsung itu dinyatakan seimbang, tidak ada yang kalah dan menang.
Penghentian yang tiba2
itu adalah atas perintah Gusti Adityawardhana, karena apabila pertandingan itu diteruskan, beliau mengkhawatirkan adanya korban dari salah seorang diantaranya.
Dan jika terjadi demikian halnya, tentulah amat disesalkan, mengingat dua orang muda shakti itu kelak
dapat diharapkan menggantikan para Manggala Tamtama yang tentunya akan surut karena usia.
Namun bagi kedua pemuda yang sedang bertanding, keputusan itu dirasakan sangat
mengecewakan. Mereka saling merasa dapat menyelesaikan dan memenangkaan pertandingan, apabila
dibiarkan berlangsung terus.
Lebih-lebih bagi Kobar. Ia menganggap keputusan itu tidak adil, dan berat sabelah. Mungkin
karena Gusti Senapati Indra Sambada kuatir kalau adiknya kalah pikirnya.
Akan tetapi karena takut, kedua duanya diam tertunduk dan mentaati perintah sang Senapati.
Lain halnya dengan para priyagung dan segenap orang2
shakti tamu undangan. mereka memuji akan
keluhuran budi Sang Senapati Manggala Yudha, dalam mengambil langkah kebijaksanaannya.
Untuk menentukan siapa pemenangnya, maka pertandingan dilanjutkan dengan
mernpertunjukkan katangkasan ilmu pedang. Semula pertandingan itu akan dilanjutkan dengan masing2
bersenjatakan pedang, akan tetapi oleh Gusti Senapati Manggaia Yudha Adityawardhana dicegah dan
dirobah dengan masing memamerkan ketangkasannya dalam memainkan ilmu pedang, dan bukan
pertandingan tata kelahi bersenjatakan pedang. Keputusan inipun mendapat dukungan penuh dari
segenap para priyagung dan para orang2
shakti undangan. Pertandingan dimulai, dan menurut hasil
undian ternyata Kobar harus tampil di-tengah2
gelanggang terlebih dahulu.
Setelah menyembah pada para Manggala dan segenap priyagung Kwrajaan, dengan tangkasnya
ia melompat ketengah-tengah gelanggang sambil menghunus pedang pusakanya. Gerakannya tangkas
dengan gaya yang sangat indah pula. Semua yang menyaksikan bertepuk tangan mengagumi gerakan
lom-patan pembukaan ilmu pedang dari Kobar itu.
Pedang pusakanya amat tajam dan mengandung daya perbawa. Dengan gerakannya yang
tangkas dan kuat, serta penuh gaya2
indah ia mulai memainkan pedangnya dengan menari-nari bagaikan
kupu2 hingga sesaat kemudian hanya nampak sinar hitam berkilauan yang ber-gulung2 menyelubungi
seluruh tubuhnya.
Para Manggala dan segenap priyagung serta orang2
shakti yang menyaksikan berseru kagum dan
sambil menggeleng2
kan kepalanya. Benar2 Kobar memiliki ilmu permainan pedang yang cukup tinggi dan
kiranya sukar untuk mencari imbanganya. Demikian pula para tamtama teman2nya yang menyaksikan di
lingkaran sekelilingnya.
Sedang ia tengah memamerkan ilmu permainan pedangnya yang indah dan perkasa dengan jurus2
simpanannya, tiba2
terdengar seruan berasal dari samping kiri — Awas, serangan!–
Dan bersamaan dengan seruan tadi, dua benda putih bulat sebesar ibu jari kaki meluncur
beruntun bagaikan kilat kearah kepala dan dada Kobar. Cepat pedang pusakanya berkelebat dan dua
buah benda putih yang meluncur secara beruntun, semuanya masing2
terbelah menjadi dua potong dan
jatuh bertebar kesamping kanan dan kirinya. Ternyata dua buah benda putih itu adalah dua jeruk nipis
yang disaput tebal dengan kapur.
Akan tetapi belum juga potongan2
jeruk nipis itu jatuh ditanah seruan serupa telah menggema
lagi dari arah dihadapannya. — Awas! — Serangan! — Dan dua buah benda putih secara beruntun
menyambar kearah kepala dan kakinya. Gerakan sabetan pedang yang baru saja membelah dua benda-
benda yang menyerangnya, kini dirangkaikan menjadi gerakan bacokan dan tebangan mengarah dua
benda putih yang meluncur menyerang dirinya.
Sambil meloncat tinggi ia berseru nyaring — Haaaiitt! — Dan sebuah jeruk nipis yang disaput
tebal dengan kapur yang mengarah pada kakinya terbelah menjadi dua. serta jatuh sejauh lima langkah kesamping kanan dan kirinya,
Akan tetapi ….. ia menjadi terperanjat setelah melihat sendiri adanya noda putih sebesar ibu
jari yang melekat pada celana dipahanya.
Keringat dingin mengunjur dari dahinya hingga membasahi kedua pelipis dan sepasang pipinya.
Namun ia tetap masih memainkan ilmu pedang pusakanya dengan penuh semangat serta lebih
waspada, Kembali seruan nyaring terdengar
— Awas, serangan! —
Sebuah benda serupa meluncur dengan pesatnya dan disusul kemudian dengan benda yang
serupa lagi masing2 mengarah pada dirinya dari arah muka dan belakang dalam saat yang hampir
bersamaan, dimana kaki Kobar baru saja berpijak ditanah.
Akan tetapi Kobar adalah seorang tamtama yang mendapatkan julukan pendekar pedang dari
teman2nya.
Dengan tangkasnya ia kembali menggenjotkan kaki kanannya melenting tinggi keudara sambil
berpusingan. Pedang pusakanya berkelebat menyapu dengan gaya sabetan serangan kebawah
mengikuti berputarnya badan, bagaikan baling2
.
Sebuah jeruk nipis tak ayal lagi terbelah menjadi dua potong dan terpental jauh. Akan tetapi ......
ternyata yang sebuah tepat mengenai lambungnya sebelah kanan dibawah ketiaknya.
Dengan menggerutu sambil membanting kakinya ia menyesali akan perbuatannya yang kurang
tangkas gerakkannya.
Tepuk tangan dan sorak sorai dari orang2
yang menyaksikan terdengar gemuruh, setelah
pameran permainan pedang Kobar selesai. Semuanya kagum akan ketangkasannya dan kesaktian yang
dimiliki oleh Kobar, walaupun dua diantara enam buah jeruk nipis yang dilempar itu ternyata tidak dapat
dihindari lagi dan mengenai tubuhnya dengan meninggalkan dua noda putih masing2
sebesar ibu jari
dicelana dan bajunya yang serba hitam pekat itu.
Kini Yoga Kumala tampil kedepan. Gilirannya untuk menunjukkan ketangkasan pedang yang
dimilikinya. la berjongkok dihadapan para Manggala dan segenap priyagung untuk memberikan sembah.
Dan sesaat kemudian ….. tanpa membalikkan lagi badannya, ia telah melesat tinggi surut kebelakang
sambil menghunus pedang pusakanya, untuk kemudian jatuh berdiri ditengah2
gelanggang dengan
kakinya yang terpentang lebar setengah jongkok. Semua menjadi kagum terpaku, demi melihat cara
Yoga Kumala meloncat membalik kebelakang sejauh itu, walaupun tidak nampak keindahan gaya
gerakannya.
Pedang pusaka warisan dari Eyangnya Cahayabuana yang bersinar putih kebiru2an, menyilang
didepan dadanya, sedangkan tangan kirinya mengembang dengan jari2nya yang di tegangkan diangkat
setinggi pundaknya.
Komentar
Posting Komentar