Langsung ke konten utama

KEMELUT DI CAKRA BUANA 8

YANG puyeng adalah Purbajaya. Betapa sesudah kejadian tadi, hatinya jadi tak tenang. Pertama kali
dikejutkan oleh kenyataan kalau tindak-tanduk Raden Yudakara selama ini sama sekali tak ada
kaitannya dengan kepentingan Carbon, atau bahkan dengan ambisi yang dimiliki Pangeran Arya Damar,
kecuali pemuda ini hanya ingin memanfaatkan kekuatan orang lain untuk kepentingan ambisinya.
Dia berupaya dengan berbagai akal dan tipu-muslihat agar para pengambil kebijakan di Pakungwati bisa
memutuskan untuk mengirimkan pasukan guna menyerang Pakuan. Dan barangkali dia pun terus
memanas-manasi mertuanya sendiri, yaitu Pangeran Arya Damar yang ambisius agar melanjutkan
tindakannya dalam menyerang Pajajaran.
Hari ini, dia malah memanasi Ki Sunda Sembawa agar merebut kekuasaan dari penguasa Pajajaran kini.
Namun apa pun tindakan-tindakannya, kesemuanya pada akhirnya hanya akan diabdikan buat
kepentingan dan cita-citanya sendiri. Sungguh berbahaya orang ini, pikir Purbajaya.
 Cita-cita apakah ini? Sudah barang tentu cita-cita akan sebuah kepentingan yang menurut Raden
Yudakara disebutnya sebagai rencana besar. Dengan ambisinya yang besar, Raden Yudakara ingin
menguasai Pajajaran.
 Memang betul ini rencana besar, sekaligus juga rencana gila. Raden Yudakara ingin menyaingi ambisi
siapa pun yang tengah memiliki ambisi. Kalau Pangeran Arya Damar hanya punya ambisi meruntuhkan
Pajajaran secara militer karena kelak dia menginginkan sebuah penghargaan, Pangeran Suwarga hanya
ingin menundukkan Pajajaran dengan pendekatan agama, maka Raden Yudakara ingin menguasai
Pajajaraan untuk kepentingan sendiri.
 Sungguh sebuah keinginan gila. Pemuda ini tengah bermain api. Bunga api memercik, bahayanya akan
muncrat mana-mana. Tapi Raden Yudakara memang berani menantang bahaya. Dan orang yang berani
menantang bahaya karena sadar punya kekuatan.
 Purbajaya berpikir, bisa jadi benar Raden Yudakara memiliki kekuatan. Paliing tidak, dia punya
kekuatan untuk mempengaruhi orang. Pangeran Arya Damar bisa tunduk di bawah pengaruhnya.
Pasukan Siluman Nyi Rambut Kasih yang para anggotanya rata-rata memiliki kepandaian tinggi pun bisa
dia pengaruhi. Atau paling tidak, pemuda itu pun pandai bergayut kepada kekuatan lain.
 Sepertinya dia ingin membantu kekuatan lain untuk ikut mendorong cita-cita orang itu, padahal
sebetulnya dia tengah berupaya menggiring orang agar bisa dimanfaatkan untuk ambisi pribadinya sendiri.
Begitu hebatnya Raden Yudakara mempengaruhi orang, sehingga semuanya bisa dia kendalikan, seperti
kerbau dicocok hidungnya.
 Purbajaya bingung namun sekaligus juga sebal. Semakin hari semakin kentara, betapa selama banyak
menganal orang, banyak pula perilaku yang dia kenal. Dalam urusan Pajajaran ini saja, Purbajaya jadi
mengenal macam-macam ambisi orang. Taruhlah Ki Sunda Sembawa. Hanya karena dia kerabat dekat
penguasa Pajajaran, lantas dia tepuk dada sendiri kalau yang paling berhak menguasai Pajajaran adalah
dirinya sendiri.
 Dia semakin bersemangat untuk mensukseskan ambisinya karena ada pihak lain yang mengaku mau
melicinkan jalan ke arah cita-citanya. Maka kenallah Purbajaya dengan nama Ki Banaspati. Namun siapa
pula dia? Purbajaya hanya diberi tahu kalau orang ini adalah tokoh penting di Pakuan. Dia adalah pejabat
muhara (petugas penarik pajak) di wilayah timur dan punya peranan besar dalam memakmurkan
pemerintahan dari hasil penarikan pajak, padahal wilayah timur Pajajaran adalah wilayah rawan karena
pengaruh musuhnya (Carbon) demikian terasa.
 Kalau Ki Banaspati sanggup melakukan pekerjaan dengan baik, hanya punya arti dia bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk negara. Tapi mengapa tokoh sepenting ini malah mau membantu pihak lain yang
ingin merebut kekuasaan negri?
 Purbajaya jadi tak mengerti makna hidup. Dalam mengarungi kehidupan ini, sebenarnya apa yang dimaui
orang? Di Carbon negrinya sendiri, acapkali dia melihat ada orang menjelekkan pemerintah karena dia
merasa tersisih dan dirugikan kepentingannya oleh pihak penguasa. Orang-orang yang tak puas oleh
pergantian agama dari agama lama ke agama baru juga sembunyi di hutan, memisahkan diri dari
keramaian dunia, atau memusuhi penguasa yang baru. Mereka mencari bahaya karena berani melawan
penguasa.
Untuk hal-hal seperti ini, di mana orang bereaksi berpaling kesetiaannya karena merasa dirugikan,
Purbajaya bisa memaklumi. Namun perilaku yang diperlihattkan oleh sebagian orang lagi, sungguh
Purbajaya tidak mengerti. Taruhlah contoh sikap yang diperlihatkan oleh Raden Yudakara, Ki Sunda
Sembawa atau Ki Banaspati yang Purbajaya belum pernah jumpa itu. Mereka adalah orang-orang yang
tengah dipercaya oleh para atasannya dan mereka pun dihargai dengan jabatan tinggi sesuai dengan
pekerjaan dan kemampuannya.
 Namun kenyataannya, mereka sepertinya tengah gelisah dan selalu berkutat memperjuangkan "nasibnya"
dengan melakukan hal-hal bahaya yang bisa merusak reputasinya yang telah ada kini. Kehidupan apalagi
yang mereka inginkan, yang menurut penilaian Purbajaya sebetulnya telah mapan ini?
 Dan ingat mereka, Purbajaya jadi ingat dirinya. Sekarang, di tengah pergolakan ambisi ini, apa
sebetulnya yang dikejar olehnya? Keuntungan ataukah bahaya?
 Tugasnya memang tak pernah berubah, mencoba menyusup ke wilayah kekuasaan Pajajaran, yaitu
Pakuan, seperti apa yang diamanatkan penguasa Carbon. Yang jadi atasannya pun tetap tak berubah,
yaitu Raden Yudakara, seperti apa yang diamanatkan pihak penguasa Carbon. Namun benarkah
tugasnya ini mulus untuk kepentingan negara, padahal dia curiga atasannya yang bernama Raden
Yudakara ini telah membelokkan tujuan negara yang sebenarnya? Inilah mungkin bahaya bagi dirinya.
 Belum lagi dia ingat pertemuannya dengan tokoh bernama Ki Rangga Guna. Orang ini mengakui kendati
dimusuhi penguasa namun perjuangannya dalam membela Pajajaran tidak akan musnah. Dia akan
melawan siapa saja yang diketahui akan mengganggu Pajajaran.
 Pertemuan dengan tokoh ini hanya membuktikan bahwa kasak-kusuknya Raden Yudakara atau pun Ki
Sunda Sembawa sebenarnya sudah diketahui oleh Ki Rangga Guna. Otomatis, keberadaan Purbajaya
pun tak bisa mengelak dari incaran bahaya yang datang dari tokoh ini. Rencana penyusupan ke wilayah
pusat kekuasaan Pajajaran paling tidak sudah diketahui oleh Ki Rangga Guna.
 "Apakah Ki Rangga Guna akan menggagalkan rencana penyusupanku?" pikirnya seorang diri.
 Purbajaya mengeluh. Bahaya memang mengancam dari mana-mana. Dia tak bisa mengelak dari tugas
sebagai penyususp karena selalu berada di bawah ancaman Raden Yudakara, namun untuk melanjutkan
pergerakan pun sudah diketahui lawan. Ya, akhirnya Purbajaya terperangkap di tengah-tengah. Lari dari
tugas, dia sulit sembunyi. Pulang ke Carbon akan dituding sebagai pengkhianat, begitu pun kembali ke
Sumedanglarang, akan dipertanyakan perihal korban-korban berjatuhan.
 Boleh dikata, dari semua anggota muhibah ke Karatuan Talaga yang tak pernah tiba, semuanya telah
tewas dan hanya dia sendiri saja yang selamat. Bagaimana dia bisa bertanggungjawab, padahal kematian
semua anggota muhibah tak berketentuan. Mereka tewas oleh cara-cara yang amat memalukan walau
pun macamnya berbeda-beda.
 Melarikan diri ke wilayah Pajajaran? Ah, ini pengkhianatan lebih berat lagi. Kendati orang mengatakan
dia punya darah Pajajaran namun Purbajaya mengatakan kalau dirinya adalah orang Carbon dan hanya
mau mengabdi kepada kepentingan Carbon saja. Carbon adalah tanah airnya dan Paman Jayaratu adalah
satu-satunya keluarganya. Tak ada kecintaan lain pada dirinya selain Carbon dan Paman Jayaratu. Walau
pun dia sebal kepada Pangeran Arya Damar, juga kepada Raden Yudakara, namun Purbajaya tak
menganggap bahwa mereka adalah figurwong grage . Dua orang itu tak mewakili karakter orang
Carbon.
Hanya yang menyebalkannya, agar dia bisa menempatkan diri sebagai orang Carbon, maka dia harus
selalu dekat kepada Raden Yudakara sebab hanya orang ini saja yang bisa "melindungi" dirinya dari
tuduhan sebagai pengkhianat Carbon. Purbajaya pun bahkan memutuskan kalau dirinya tak boleh lepas
dari genggaman pemuda aneh itu. Purbajaya menganggap, Raden Yudakara ini misterius dan
membahayakan Carbon. Namun karena ini maka Purbajaya jadi ingin lebih tahu, sejauh mana pemuda itu
merancang tipu muslihat dalam melicinkan jalan ke arah ambisinya. Kalau ternyata gerakan Raden
Yudakara telah amat mendekati titik-titik rawan bagi Carbon, apa pun yang terjadi, Purbajaya harus
memutuskan sesuatu demi keselamatan negara.
 Namun tak dibantah oleh hatinya, bahwa Purbajaya ikut ke mana Raden Yudakara pergi pun berkenaan
pula dengan kepentingan pribadinya sendiri. Benar atau tidak dia keturunan pejabat di wilayah Pajajaran,
yang jelas khabar ini amat menggelitik hatinya dan membuatnya merasa penasaran. Ya, siapa pun akan
merasa punya keinginan untuk mengetahui siapa orangtuanya. Sementara itu, Raden Yudakara mengaku
tahu siapa orangtua Purbajaya. Jadi mau tak mau antara Rden Yudakara dengannya telah terjalin sesuatu
yang intinya saling memerlukan. Purbajaya perlu Raden Yudakara karena berkaitan dengan penelusuran
keluarga, sementara Raden Yudakara butuh tenaga Purbajaya untuk melicinkan kepentingan politiknya. 
 ***
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kitab Mar'atus sholihah

  Cari Keripik pisang klik disini MAR'ATUS SHOLIHAH           الدنيا متاع وخيرمتاعهاالمرأةالصالحة (رواه مسلم) Dunia itu perhiasan,dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita yang baik budi pekertinya (HR.Muslim) PANDANGAN UMUM ·        Wanita adalah Tiangnya Negara,maka apabila wanita itu berperilaku baik maka Negara itu akan menjadi baik,begitu pula sebaliknya,apabila wanita itu berperilaku buruk maka Negara itu akan menjadi buruk ·        Wanita yang Sholihah/baik harus selalu konsisten mencari ilmu,karena dengan ilmu kita akan di hormati oleh masyarakat dan selamat di dunia dan akhirat,terlebih ilmu agama dan yang berhubungan dengan wanita ·        Wanita yang baik,wajib (Fardlu 'ain) mempunyai jiwa tauhid dan iman yang kuat supaya tidak gampang terpengaruh,ibarat bangunan,tauhid merupakan pandemen/pondasinya, maka apabila pondasinya kuat bangunan itu tidak akan mudah roboh ·        Wanita sholihah harus mempunyai Akhlak/budi pekrti yang baik,baik itu kepada orang tua,suami,g

Aan Merdeka Permana

Cari Keripik pisang klik disini Aan Merdeka Permana merupakan pemenang penghargaan Samsoedi pada tahun 2011 dari Yayasan Kabudayaan Rancage, untuk novel sejarahnya Sasakala Bojongsoang. Seorang jurnalis yang lahir di Bandung 1950, telah bekerja sebagai editor untuk Manglé, Sipatahunan, dan Galura. Selain menulis untuk keperluan jurnalistik beliau juga menulis cerpen dan puisi.  Buku-bukunanya yang pernah terbit kebanyakan bacaan anak dalam bahasa Sunda Kedok Tangkorék (1986), Jalma nu Ngarudag Cinta (1986), Andar-andar Stasion Banjar (1986), Muru Tanah Harepan (1987), Nyaba ka Leuweung Sancang (1990), Tanah Angar di Sebambam (1987), Paul di Pananjung, Paul di Batukaras (1996), Si Bedegong (1999), Silalatu Gunung Salak (6 épisode, 1999).

Mengenal Larry Tesler, pahlawan penemu fitur "copy-paste"

Larry Tesler, penemu konsep cut, copy, paste pada komputer meninggal dunia di usia 74 tahun pada Senin (17/2). Namun, penyebab kematian belum diungkap sampai hari ini. Tesler lahir di New York, Amerika Serikat pada 24 April 1945. Ia merupakan lulusan Ilmu Komputer Universitas Standford. Tahun 1973 Tesler bergabung dengan Pusat Penelitian Alto Xerox (PARC), di mana dia mengembangkan konsep cut-copy-paste. Konsep ini difungsikan untuk mengedit teks pada sistem operasi komputer seperti dilansir The Verge. Tujuh tahun kemudian, pendiri Apple Inc yakni Steve Jobs mengunjungi kantor PARC dan Tesler ditunjuk menjadi pemandu. Lihat juga:Fernando 'Corby' Corbato, Penemu Password Komputer Meninggal "Jobs sangat bersemangat dan mondar-mandir di sekitar ruangan. Saya ingat betul perkataan Jobs saat melihat produk besutan PARC, 'kamu sedang duduk di tambang emas, kenapa kami tidak melakukan sesuatu dengan teknologi ini? Kamu bisa mengubah dunia,'" kata Tesler sa